Anicca

Bagian dari seri tentang
Buddhisme
  • Sejarah
  • Penyebaran
Sejarah
Benua
Populasi signifikan
Theravāda
Mahāyāna-Vajrayāna
Kitab daring
  • SuttaCentral
  • Chaṭṭha Saṅgāyana Tipiṭaka
  • dhammatalks.org
  • 84000
  • NTI Reader - Taishō
  •  Portal Buddhisme
  • l
  • b
  • s

Ketidakkekalan (Pāli: anicca; Sanskerta: अनित्य anitya; Tionghoa: 無常 Pinyin: wúcháng; Jepang: 無常 Romaji mujō; Thai: อนิจจัง anitchang) adalah salah-satu ajaran terpenting dan merupakan satu dari Tiga Karakteristik dalam Agama Buddha, dua yang lainnya adalah Ketidakpuasan (Dukkha) dan Tanpa-Roh (Anatta). Istilah ini menggambarkan pendapat Agama Buddha bahwa segala keberadaan yang berkondisi, tanpa pengecualian, berada dalam perubahan terus menerus. Tidak kekal.

Ketidakkekalan

Menurut ajaran ketidak-kekalan, tubuh manusia mengalami perubahan terus menerus dalam proses penambahan usia, lingkaran lahir dan kelahiran kembali (samsara), dan pada kesempatan tertentu akan kematian. Hal ini mencakup seluruh mahluk hidup dan lingkungan mereka termasuk dewa-dewi. Sang Buddha mengajarkan bahwa semua gejala yang bersyarat tidaklah kekal, keterikatan akan hal ini menjadi penyebab akan penderitaan (dukkha) dimasa mendatang.

Kejadian yang bersyarat dapat pula digunakan selayaknya; dikomposisi, dibangun, atau dibuat (diproduksi). Hal ini bertentangan dengan tidak bersyarat, tidak dikomposisi dan tidak dibuat (diproduksi) mengenai Nirwana, kenyataan yang mengenal tanpa perubahan, tanpa pembusukan atau kematian.

Ketidak-kekalan secara bersamaan dihubungkan dekat dengan pengertian akan anatta, yang mana segala sesuatu tidak memiliki sifat alami, asal usul atau diri.

Pañcakkhandha

Lima agregat atau pāncakkhandha juga tunduk pada corak ketidakkekalan, sebagaimana Buddha sampaikan pada kitab suci Tipiṭaka bagian Saṁyutta Nikāya.

"Lima agregat, o bhikkhu, adalah anicca, ketidak kekalan.

Semuanya adalah tidak kekal. Dan apa yang semuanya adalah tidak kekal ? mata adalah tidak kekal, penglihatan akan benda (rupa) .. kesadadaran visual ... tatapan mata (cakku-samphassa) .. apapun yang dirasakan (vedayita) baik menyenangkan atau tidak atau tidak-menyenangkan-atau-menyenangkan, terlahir dari pandangan mata adalah tidak kekal. (Demikian pula dengan telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran)

— Samyutta Nikaya 35.43, vol. 1v, 28

Dalam Seni dan Kebudayaan

  • Penulis Film Agama Buddha - "Mujo" (atau yang juga dikenal dengan judul "This Transient Life") Akio Jissoji menggunakan pemahaman "Ketidak-Kekalan" dalam pemberian judul film ini.

Lihat pula

Pranala luar

  • (Inggris) All About Change oleh Bhikkhu Thanissaro
  • l
  • b
  • s
   Garis Besar - Buddhisme   
Sejarah
Benua
Populasi signifikan
Aliran Buddhis awal
Aliran arus utama
Sinkretisme dan gerakan baru
(Mungkin tak dianggap aliran)
Theravāda
Mahāyāna-Vajrayāna
Kitab daring
  • SuttaCentral
  • Chaṭṭha Saṅgāyana Tipiṭaka
  • dhammatalks.org
  • 84000
  • NTI Reader - Taishō
Buddha penting sebelumnya
Buddha saat ini dan keluarga
4 tempat suci utama
Buddha selanjutnya
Mahāyāna-Vajrayāna
Dasar
Lanjutan
Praktik
Jenis pengikut
4 tingkat kesucian
  • Hari Raya
  • Peringatan