Suku Kayuagung


Orang Kayuagung
Jime Kiyagong
Komering Onyi
Jime Owam
Berkas:Midang Kayuagung.jpg
Tradisi Midang, budaya khas masyarakat Kayuagung
Daerah dengan populasi signifikan
Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
Bahasa
Komering Kayuagung • Indonesia • Melayu Palembang
Agama
Sebagian besar Islam
Kelompok etnik terkait
Melayu • Lampung

Suku Kayuagung atau Komering Kayuagung adalah suku asli Indonesia yang berasal dari kabupaten Ogan Komering Ilir, provinsi Sumatera Selatan. Komunitas suku ini umumnya terdapat di beberapa wilayah/kecamatan di kabupaten Ogan Komering Ilir. Masyarakat Komering Kayuagung dengan jumlah yang signifikan dapat ditemukan di kecamatan Kayuagung yang merupakan ibukota/pusat pemerintahan dari kabupaten Ogan Komering Ilir. Mayoritas masyarakat sub-suku Kayuagung memeluk agama Islam dan umumnya bekerja sebagai petani.[1] Budaya dan adat istiadat yang masih terjaga hingga kini ialah Adat Lamaran dan Tari Penguton Kayuagung. Suku Kayuagung adalah salah satu bagian dari kelompok etnik/subsuku etnis Komering.

Asal usul & sejarah

Asal usul dan sejarah masyarakat Kayuagung tidak terlepas dari kelompok masyarakat/suku-suku disekitarnya. Tidak ada bukti sejarah yang jelas dan kuat, tetapi beberapa literatur menyatakan bahwa terbentuknya masyarakat Komering Kayuagung karena percampuran antar suku asli Sumatera Selatan yang mendiami sepanjang sungai Komering bagian hilir (suku Komering) dengan suku Lampung Abung/marga Abung (Abung Bunga Mayang) yang datang dari Lampung. Masyarakat Abung (Abung Siwo Mego) yang berasal dari provinsi Lampung tiba di Sumatera Selatan lalu menempati wilayah sungai Komering bagian hilir (tepatnya disekitar Kayuagung sekarang) dan bercampur dengan suku Komering yang telah mendiami wilayah tersebut. Karena adanya interaksi/komunikasi antar suku, asimilasi dan akulturasi budaya muncul pengaruh dari masyarakat Lampung Abung pada masyarakat Komering. Kayuagung Morge Siwe/Kayuagung Marga Sembilan kemungkinan berasal dari masyarakat Abung Siwo Mego yang memiliki sembilan marga juga. Ada juga yang menyatakan bahwa penduduk di sekitar sungai Komering bagian hilir (saat ini sekitar Kayuagung) itu ialah masyarakat keturunan Abung Bunga Mayang dari provinsi Lampung yang sudah lama bermigrasi ke daratan Sumatera Selatan dan menetap di sekitar sungai Komering (wilayah masyarakat Komering Kayuagung saat ini). Terlepas dari hal itu, pengaruh dari suku-suku lain disekitarnya juga cukup kuat. Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Kayuagung cukup kuat dipengaruhi adat budaya Melayu dan Islam. Hal ini dapat dilihat dari kebudayaan dan adat-istiadat Kayuagung memiliki kemiripan/pengaruh budaya Melayu (terutama Palembang). Dari segi bahasa, logat intonasi masyarakat Kayuagung terdengar seperti logat Ogan tetapi lebih mendayu-mendayu. Pengaruh bahasa Melayu Palembang juga cukup kental dalam kosakata bahasa Komering dialek Kayuagung karena dapat ditemukan banyak kosakata yang sama. Dialek Kayuagung juga terdengar seperti dialek Pegagan dengan ciri khas "e" yang berbunyi seperti pada pengucapan kata "proses" (E talling/E tinggi). Meskipun begitu, adat-istiadat dan kebudayaan Kayuagung tidak berbeda jauh dengan masyarakat Komering lainnya tetapi tetap memiliki beberapa perbedaan dengan ciri khas masing-masing/keunikan tersendiri.

Adat Istiadat & Kebudayaan

Suku Kayuagung menganut garis keturunan "Bilateral" dimana garis keturunannya bisa dari pihak bapak atau bisa juga dari pihak ibu.[1] Adat dan budaya yang masih terjaga di suku Kayuagung ialah adat lamaran pernikahan dan tari penguton.

Adat Lamaran

Salah satu adat istiadat suku Kayuagung yang masih dijaga hingga saat ini adalah adat lamaran pernikahan. Adat yang yang sudah ada sejak abad 15 ini, bisebarkan dari Lampung, hingga akhirnya diadopsi oleh suku Kayuagung. Seorang tetua adat dan mantan sekretaris adat suku Kayuagung, Yusrizal, mengatakan bahwa proses pernikahan dalam suku Kayuagung terbilang lama.[2] Pertama yang dilakukan ialah Nyelabang dimana pihak laki-laki akan mengutus setidaknya dua orang (orang tua) untuk mendatangi rumah calon mempelai perempuan. Dalam hal ini, pihak keluarga laki-laki akan menyampaikan niat bahwa anak bujangnya hendak menikahi anak gadis mereka, apakah disetujui oleh si perempuan dan keluarganya atau tidak. Jika setuju, akan disepakati proses pernikahan mana yang akan diadakan. Setidaknya ada 4 kategori pernikahan suku Kayuagung.[2]

Sitinong-tinong

Istilah Sitinong-tinong ini diartikan sebagai lamaran yang tidak perlu memakai adat. Proses lamaran pernikahan hingga Ijab pernikahan dilakukan secara sederhana dan cepat. Hal ini dilakukan biasanya untuk menjaga nama baik kedua belah pihak. Kasus kehamilan sebelum pernikahan, bisa menjadi salah satu penyebab diadakan adat lamaran Sitinong-tinong. Selain itu, alasan calon mempelai laki-laki dalam masa tugas pekerjaan yang mendesak, bisa juga mengadakan adat lamaran Sitinong-tinong.[2]

Sipinong-pinong

Kategori kedua ialah Sipinong-pinong. Untuk kategori kedua ini kebanyakan diadakan dimalam hari, dan prosesnya membutuhkan waktu selama empat hari. Dimulai dengan Ijab Kabul yang diadakan di rumah pihak laki-laki. Setelah selesai ijab, pengantin perempuan akan dihantarkan kembali ke rumah orang tuanya oleh pihak laki-laki. Setelah itu, si istri akan menginap di rumah orangtuanya selama empat hari lamanya (disebut juga Anan Tuwui), sedangkan sang suami harus kembali ke rumahnya. Namun, selama proses ini, sang suami harus menghantarkan makanan dan lauk-pauk setiap pagi hari selama empat hari.[2]

Setelah masa empat hari selesai, pihak suami akan mengutus dua ibu-ibu (bai-bai) untuk menjemput si istri ke rumah orangtuanya dan juga si suami ditemani seorang pemuda (pukal bengiyam). Kepulangan si istri ke rumah mertuanya disebut Maju mulang anan tumui. Disaat si istri akan pergi menuju rumah mertuanya atau suaminya, dia akan membawa berbagai peralatan rumah tangga, dan beberapa barang-barang pesangon dari keluarganya yang akan diberikan kepada mertuanya (disebut pedatong).[2] Demikian proses ini berlangsung, mereka telah bisa untuk hidup bersama sebagai suami istri yang sah.

Pinang Dibelah Dua

Adat yang ketiga adalah adat Pinang Dibelah Dua. Ini merupakan istilah sederhana bagi suku Kayuagung, yang artinya ialah perbagian sama rata, dan dimaknai sebagai persedekahan dalam waktu bersamaan. Adat yang satu ini dilakukan atas kesepakatan bersama dimana pihak laki-laki (upaian) dan pihak perempuan sama-sama mengundang sanak saudara masing-masing dan melangsungkan pernikahan di rumah pengantin laki-laki.[2]

Pihak pengantin laki-laki mengundang tetangga dan sanak saudaranya untuk menyaksikan ijab kabul pernikahan puteranya dan sekaligus mengundang keluarga pihak perempuan, namun jumlahnya dibatasi, sesuai jumlah hidangan yang disediakan pihak laki-laki. Pihak perempuan yang diundang maksudanya adalah undangan khusus hanya untuk kaum bapak-bapak, selain dari sanak famili perempuan yang diundang untuk datang.[2] Rombongan kaum bapak-bapak dari pihak perempuan ini disebut " rombongan ungaiyan ", dimana mereka akan menghantarkan ayah atau wali perempuan untuk menyaksikan serangkaian adat pernikahan dari pihak laki-laki dan gelar apa yang akan diberikan kepada mempelai tersebut.[2]

Mabang Handak

Yang terakhir adalah adat Mabang Handak. Arti dari Mabang Handak adalah "burung putih", ini merupakan simbol kekayaan atau orang ningrat. Adat yang keempat bisa diartikan sebagai adat persedekahan yang umumnya hanya bisa diadakan oleh orang kaya atau bangsawan. Lamanya adat ini bisa memakan waktu selama tujuh hari.[2]

Adat ini termasuk dalam adat lamaran suku Kayuagung paling lengkap. Mulai dari dilakukan ritual penimbangan mempelai (disebut manjow kahwein), kemudian akan digelar tarian Cang-cang oleh besan berbesan. Selain itu, kereta hias pengantin (disebut juli) akan membawa kedua mempelai mengelilingi perkampungan, dan serangkaian adat pernikahan berdasarkan suku Kayuagung.[2]

Setidaknya ada dua ekor sapi atau kerbau yang disediakan untuk merayakan pernikahan ini. Selain itu, mempelai laki-laki juga akan memberikan pakaian khusus kepada pihak keluarga perempuan.[2] Sehingga, adat persedekahan Mabang Handak ini bisa diadakan selama seminggu. Pihak pengurus adat Kayuagung mengarapkan bahwa adat lamaran ini tetap dijaga dan dilestarikan oleh generasi suku Kayuagung ditengah-tengah pengaruh perkembangan zaman.[2]

Tari Penguton

Tari Penguton berasal dari kata "Uton" yang dalam bahasa Kayuagung artinya ialah Penyambutan.[3] Tari Penguton adalah sebuah tarian khas suku Kayuagung dalam menyambut tamu yang datang ke Kota Kayuagung. Tarian ini umumnya dilakukan oleh sembilan orang yang dalam bahasa Kayuagung disebut "Morge Siwe". Diyakni bahwa tarian ini adalah cikal bakal lahirnya Tari Gending Sriwijaya.[3] Pada umumnya dibawakan oleh kaum perempuan saja.

Tari Penguton muncul pada tahun 1889, yang kemudian pada tahun 1920, tari ini disempurnakan kembali oleh keluarga Pangeran Bakri untuk menyambut kedatangan Gubernur Hindia-Belanda yakni Gouveneur General Limberg Van Stirem Bets ke kawasan Kayuagung.[3] Sejak masa itu pula, tari Penguton menjadi tarian khas Suku Kayuagung dan dijadikan sebagai Tari Sekapur Sirih Kayuagung.[3]

Diperankan oleh 9 orang sebagai simbol perwakilan dari sembilan dusun yang ada di kota Kayuagung, sebagai lokasi suku Kayuagung. Kesembilan dusun tersebut adalah Kayuagung Asli, Kotaraya, Perigi, Jua-jua, Kedaton, Mangunjaya, Sidakersa, Sukadana dan Paku.[4] Untuk menarikan tarian, akan diiringi oleh musik perkusi berupa gamelan, gong dan gendang.[3]

Bahasa

Suku Kayuagung memiliki bahasa sendiri yakni bahasa Kayuagung, secara khusus di Kayuagung bahasa ini digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa ini termasuk salah satu varian/dialek dari bahasa Komering. Kosakata bahasa ini mempunyai kemiripan dan beberapa persamaan dengan bahasa Melayu Palembang. Logat dari bahasa ini memiliki kemiripan dengan logat Ogan. Selain itu, dialek Kayuagung juga terdengar seperti dialek/bahasa lainnya di Sumatera Selatan seperti Musi dan Pegagan dengan ciri khas akhiran kata diakhiri huruf "E" dengan pengucapan seperti "ember" (e talling)[5].

Selain bahasa Kayuagung itu sendiri, beberapa etnis Kayuagung menggunakan bahasa lain di beberapa daerah, seperti di desa Tanjung Rancing dan desa Celikah, masyarakat suku Kayuagung menggunakan bahasa Pegagan[6]. Namun juga sebagian ada juga yang menggunakan bahasa Ogan, banyak dari masyarakat Kayuagung (terutama anak muda) juga menggunakan bahasa Melayu Palembang sebagai bahasa sehari-hari/bahasa dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini dikarenakan bahasa Melayu Palembang dijadikan lingua franca di Sumatera Selatan atau bahasa pemersatu di Sumatera Selatan. Meski begitu, bahasa Indonesia masih menjadi bahasa utama untuk komunikasi sehari-hari antar etnis yang berbeda.

Agama

Bisa dikatakan bahwa hampir semua masyarakat Kayuagung memeluk agama Islam. Namun, masih banyak diantara mereka yang masih memegang kepercayaan lama yang percaya pada roh-roh. Sebagai contoh, pada saat memandikan mayat salah seorang warga yang meninggal dunia, mereka akan memandikannya disertai dengan campuran berbagai macam bunga berwarna-warni. Hal ini dilakukan supaya arwah yang meninggal lupa untuk kembali ke rumah melainkan pergi ke alam baka.[1] Beberapa warga juga percaya bahwa arwah-arwah orang meninggal bisa tinggal ditempat-tempat keramat.[5]

Pekerjaan

Kebanyakan masyarakat suku Kayuagung bekerja sebagai petani, namun menggarap pertanian lebih dilakukan pada musim penghujan karena kawasan Ogan Komering Ilir dan secara khusus kawasan Kota Kayu Agung berupa rawa. Beberapa warga juga menjadi pedagang khususnya di kota Kayu Agung, dan ada juga yang membuat gerabah.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d "Suku Kayuagung, Sumatera Selatan". www.wacana.co. Diakses tanggal 6 April 2019. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ a b c d e f g h i j k l "Adat Lamaran Kayuagung Hingga Kini Masih Eksis". www.palembang.tribunnews.com. Diakses tanggal 6 April 2019. 
  3. ^ a b c d e "Tari Penguton Kayuagung". www.etnikom.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-07. Diakses tanggal 6 April 2019. 
  4. ^ "Pengertian Morge Siwe". www.morgesiwe.com. Diakses tanggal 6 April 2019. 
  5. ^ a b "Yuk, Kenali Suku-suku di Sumatera Selatan". www.lifestyle.okezone.com. Diakses tanggal 6 April 2019. 
  6. ^ "Nama-nama Suku Bahasa yang Digunakan dan Lokasi Tempat Tinggal di Kabupaten OKI". www.okikab.bps.go.id.  Parameter |accesadate= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • l
  • b
  • s
  • l
  • b
  • s
Suku bangsa di Sumatra
Batak
Melayu
Minangkabau
Melayu Bukit Barisan Selatan
Melayu Aborigin
Lampung
Kepulauan Barat Sumatera
Lain-lain
Tionghoa
  • l
  • b
  • s
Suku bangsa di Jawa

Baduy Banten Bawean Betawi Ciptagelar Cirebon Peranakan Javindo • Jawa Kalang Kangean Madura Melayu Osing Sunda Tengger

  • l
  • b
  • s

Abui Adang • Adonara • Alor Amarasi • Anakalangu • Atoni Bali Bilba • Bima Blagar Boti Bunak Dela-Oenale • Dengka • Dhao Ende Hamap • Helong Ile Ape • Kabola • Kafoa • Kamang • Kambera • Kedang • Kelon • Kemak Ke'o • Kepo' • Kodi Komodo Kui • Kula • Lamaholot Lamalera Lamatuka • Lamboya Lamma Laura • Lembata Barat • Lembata Selatan • Levuka • Lewo Eleng • Lewotobi • Lio Lole • Melayu Loloan Kupang Larantuka • Mamboru • Manggarai Nage Nedebang • Ngada Ngada Timur • Palue • Rajong • Rembong • Retta • Ringgou • Riung • Rongga Sabu Sasak Sawila • Sika So'a • Sumba Sumbawa Tambora Tereweng • Termanu • Tetun Tewa • Tii • Uab Meto • Wae Rana • Wanukaka • Wejewa • Wersing

  • l
  • b
  • s
Suku bangsa di Kalimantan *

Abal Agabag Ampanang • Aoheng Bahau Bakati' • Bekati' Rara • Bekati' Sara • Bakumpai Banjar Basap • Bawo Benyadu' Bentian Benuaq Berau Bidayuh (Biatah • Bukar-Sadong) • Bolongan • Bukit (Pitap) • Bukitan Burusu Dayak Dusun (DeyahMalangWitu) • Embaloh • Iban (MualangSeberuang) • Jangkang • Kanayatn Kayan (Busang • Mahakam • Sungai Kayan • Mendalam • Wahau) • Kebahan Kelabit Kembayan • Keninjal • Kenyah (Kelinyau • Wahau • Lebu' Kulit) • Kohin • Krio Kutai (Kota Bangun • Tenggarong) • Lawangan Lengilu Lun Bawang Ma'anyan Mali Mayau • Melayu Modang • Ngaju (BarangasKatingan) • Okolod • Ot Danum (Limbai) • Paku • Pasir Pesaguan Punan (Aput • BukatHovonganKereho • Merah • Merap • Tubu) • Putoh • Ribun • Sa'ban • Sambas Sanjau Basap • Sanggau Segai • Selungai Murut • Semandang • Sembakung Murut • Siang Murung Tagal Murut • Taman • Tausug Tawoyan • Tidung Tunjung Uma' Lasan • Uma' Lung • Wehea

  • l
  • b
  • s
Suku bangsa di Sulawesi

Andio • Aralle-Tabulahan • Bada Bahonsuai • Bajau Balaesang Balantak Bambam • Banggai Bantik Baras • Batui • Behoa Bentong Bintauna • Boano Bobongko • Bolango Bonerate Budong-Budong • Bugis Bungku Buol Busoa • Buton Campalagian • Cia-Cia • Dakka • Dampelas Dondo Duri Enrekang • Gorontalo Kaidipang • Kaili (Kaili Da'a • Kaili Ledo • Kaili Unde) • Kaimbulawa • Kalao • Kalumpang Kamaru • Kioko • Kodeoha • Konjo Pegunungan Konjo Pesisir Koroni • Kulisusu Kumbewaha • Laiyolo • Lasalimu Lauje Lemolang Liabuku • Lindu Lolak • Luwu • Maiwa • Makassar Manado • Malimpung • Mamasa Mamuju • Mandar Melayu Minahasa Moma • Mongondow Mori (Mori Atas • Mori Bawah) • Moronene Muna Napu Onda'e Padoe Pamona Panasuan • Pancana • Pannei • Pebato Pendau • Polahi Ponosakan • Rahambuu • Rampi Ratahan Saluan Sangir Sarudu • Sedoa • Seko Padang • Seko Tengah • Selayar Suwawa Taje • Tajio Talaud Taloki • Talondo' • Toala' • Tolaki Tomadino • Tombelala • Tombulu Tomini Tondano • Tonsawang • Tonsea • Tontemboan Topoiyo • Toraja Totoli Tukang Besi Selatan • Tukang Besi Utara • Ulumanda' • Uma • Wana Waru • Wawonii Wolio Wotu

  • l
  • b
  • s
Suku bangsa di Kepulauan Maluku

Alfur Alune Amahai Ambelau Ambon Aputai • Asilulu • Babar Tenggara • Babar Utara • Bacan Banda Barakai • Bati • Batuley • Benggoi • Boano Bobot • Buli Buru Dai Damar Barat • Damar Timur • Dawera-Daweloor • Dobel • Elpaputih • Emplawas • Fordata • Galela • Gamkonora • Gane Gebe • Geser-Gorom • Gorap • Haruku • Hitu Horuru • Hoti • Huaulu • Hukumina • Hulung • Ibu • Ili'uun • Imroing • Kadai • Kaibobo • Kamarian • Kao Karey Kayeli Kei Kisar • Koba • Kola Kompane • Kur Laba • Laha Larike-Wakasihu • Latu • Leti • Liana-Seti • Lisabata-Nuniali • Lisela • Lola • Loloda • Lorang • Loun • Luang • Luhu • Maba Makian Barat • Makian Timur • Mangole Manipa Manombai • Manusela Mariri • Masela Barat • Masela Tengah • Masela Timur • Masiwang • Modole Moksela • Naka'ela • Nila • Nuaulu (Naulu Selatan • Naulu Utara) • Nusa Laut • Oirata • Pagu • Palumata • Patani • Paulohi • Perai • Piru • Roma • Sahu Salas • Saleman • Saparua • Sawai • Seit-Kaitetu • Selaru • Seluwasan • Sepa • Serili • Serua • Sula Tabaru Taliabu • Talur • Tarangan Barat • Tarangan Timur • Tela-Masbuar • Teluti • Teor • Ternate Ternateño1 Te'un • Tidore Tobelo Tugun • Togutil Tulehu • Ujir • Waioli • Watubela • Wemale (Selatan • Utara) • Yalahatan • Yamdena

  • l
  • b
  • s
Suku bangsa di Papua *

Abinomn 3 Abun 3 Aghu Airoran • Ambai Amungme Anasi • Ansus Arandai Arfak Arguni As • Asmat (Asmat Pantai Kasuari • Asmat Tengah • Asmat Utara • Asmat Yaosakor) • Atohwaim • Auye • Awbono • Awera • Awyi Awyu Asue • Awyu Tengah • Awyu Edera • Awyu Jair • Awyu Utara • Awyu Selatan • Bagusa • Baham Barapasi • Bauzi Bayono • Bedoanas Beneraf • Berik Betaf • Biak Biga • Biritai • Bonggo • Burate • Burmeso • Burumakok • Buruwai Busami Citak Citak Tamnim • Dabe • Damal Dani (Dani Lembah Bawah • Dani Lembah Tengah • Dani Lembah Atas • Dani Barat) • Dao • Dem Demisa • Dera Diebroud • Dineor • Diuwe • Doutai • Duriankere • Dusner • Duvle • Edopi • Eipomek Ekari Elseng 3 Emem • Empur Eritai • Erokwanas • Fayu Fedan • Foau • Gresi • Hatam 3 Hupla Iau Iha Iha Pijin 4 Irarutu Iresim • Isirawa • Itik • Iwur • Jofotek-Bromnya • Kaburi • Kais Kaiy • Kalabra • Kamberau • Kamoro Kanum Bädi • Kanum Ngkâlmpw • Kanum Smärky • Kanum Sota • Kapauri • Kaptiau • Karas • Karon Dori • Kaure • Kauwera • Kawe Kayagar • Kayupulau • Kehu 5 Keijar • Kemberano • Kembra 5 Kemtuik • Ketengban Ketum • Kimaghima • Kimki • Kimyal Kirikiri • Kofei • Kokoda Kombai Komyandaret • Konda • Koneraw • Kopkaka • Korowai Korupun-Sela • Kosare • Kowiai • Kuri • Kurudu Kwer • Kwerba • Kwerba Mamberamo • Kwerisa • Kwesten • Kwinsu • Legenyem • Lepki 5 Liki • Maden Mai Brat • Mairasi • Maklew • Mander Mandobo Atas • Mandobo Bawah • Manem • Manikion • Mapia • Marau • Marind Marind Bian • Masimasi • Massep 3 Matbat Mawes • Ma'ya Mekwei • Meoswar • Mer • Meyah Mlap • Mo • Moi Molof 5 Mombum • Momina • Momuna • Moni Mor • Mor • Morai • Morori Moskona • Mpur 3 Munggui • Murkim 5 Muyu Utara • Muyu Selatan • Nafri • Nakai • Nacla • Namla 5 Narau • Ndom • Nduga • Ngalum Nggem • Nimboran • Ninggerum • Nipsan • Nisa • Obokuitai • Onin • Onin Pijin 4 Ormu • Orya • Papasena • Papuma • Pom • Puragi • Rasawa • Riantana • Roon Samarokena • Saponi • Sauri • Sause • Saweru • Sawi Seget • Sekar • Semimi • Sempan Sentani Serui-Laut • Sikaritai • Silimo • Skou • Sobei • Sowanda • Sowari • Suabo • Sunum • Tabla • Taikat • Tamagario • Tanahmerah • Tandia • Tangko • Tarpia • Tause • Tebi • Tefaro • Tehit Tobati Tofanma 5 Towei • Trimuris • Tsaukambo • Tunggare • Una • Uruangnirin • Usku 5 Viid • Vitou • Wabo • Waigeo • Walak Wambon Wandamen • Wanggom • Wano Warembori • Wares • Waris • Waritai • Warkay-Bipim • Waropen Wauyai Woi • Wolai Woria • Yahadian • Yale Kosarek • Yali Angguruk • Yali Ninia • Yali Lembah • Yaqay • Yarsun • Yaur Yawa • Yei • Yelmek • Yeretuar • Yetfa • Yoke • Zorop

  • l
  • b
  • s
Suku bangsa lain

Belanda Hitam Arab-Indonesia India-Indonesia Jepang Indonesia Korea-Indonesia Filipina-Indonesia • Yahudi-Indonesia Pakistan-Indonesia Eropa-Indonesia (Orang IndoJerman-IndonesiaPortugis-IndonesiaArmenia-Indonesia • Australia-Indonesia • Bule Depok) • Timor Leste-Indonesia • Mardijkers Orang Koja • Tionghoa-Indonesia (Orang PeranakanCina Benteng) • Orang Lamno • Larantuqueiros

Lihat pula: Pribumi-Nusantara
*Catatan: Kalimantan dan Papua di sini hanya yang termasuk dalam teritori Indonesia.